Jasa Pembuatan Skripsi Theologi
Jasa Skripsi
adalah biro jasa atau lembaga yang melayani jasa konsultasi pembuatan skripsi
dan karya tulis ilmiah lainnya. Jasa Skripsi saat ini sudah mulai merambah dan
menyebar seperti pepatah "bagai jamur tumbuh di musim hujan".
keberadaannya sudah menyerupai dengan bisnis jasa lainnya. Bisnis Jasa Skripsi
meliputi berbagai aspek layanan, ada yang melayani dalam jasa pengolahan data
skripsi, ada juga yang melayani jasa konsultasi penyusunan substansi dari
materi yang dibahas dalam sebuah skripsi, ada yang memberikan layanan jasa
penyedia koleksi judul skripsi, ada yang memberi jasa penyedia hard copy
skripsi yang pernah ada sebagai bahan referensi dan masukan, namun ada pula
yang memberikan jasa dalam pembuatan dan pengerjaan skripsi secara utuh mulai dari
penetuan judul hingga selesai.
Dalam hal ini saya menawarkan jasa skripsi untuk
mahasiswa theologi terutama dalam bidang pembuatan exsegesis.
Berikut adalah contoh pembuatan eksegese yang saya
buat, ini bukanlah contoh pembuatan skripsi exsegesis tapi saya dapat melakukannya
jika anda inginkan.
Anda dapat menghubungi saya via whatsaap
+6285330374762 (AS), BBM 53B336AB, atau via email lisamaka@yahoo.com
BAB I
PENDAHULUAN
Kitab kejadian adalah kitab yang mengarahkan
pembacanya kembali ke saat maha penting
dari penciptaan ketika mana khalik yang Mahakuasa bersabda menjadikan
berbagai keajaiban tak tersaingi berupa matahari, bulan, bintang-bintang,
planet, galaksi, tanaman, dan makhluk-makhluk hidup serta satu orang yang
diciptakan sesuai dengan gambar-Nya. Kitab ini sendiri terdiri dari lima puluh
pasal. Penulisnya diilhamkan penyingkapan penciptaan, ia mengisahkan bagaiman
dosa meranyap muncul dengan pasti dan tanpa ampun untuk mendatangkan
kehancuran, kekacauan, dan maut. Ia (dosa) menunjukkan buah-buah tragis dari
dosa berupa kekalahan menyedihkan orang tua kita yang pertama dan memperlihatkan
bagaimana kemudian kejahatan manusia yang bertumpuk menghasilkan kehancuran dan
nyaris kepunahan hiodup manusia. Di dalam awal yang baru penulis menelusuri
pertumbuhan umat yang baru itu dan akhirnya karier yang mempesona dari Abraham,
Ishak, Yakub, Yusuf serta keturunan mereka.Kitab ini kemudian diakhiri penulis
dengan kematian Yusuf di Mesir dan dimulainyalah babak baru.[1]
Allah adalah
pencipta segala sesuatu sejak awal kitab Kejadian, fokus dan sorotan
terarah kepada Yang Mahakuasa. Dia adalah Alfa dan Omega, yang Awal dan yang
Akhir yang menjadikan segala sesuatu [2]
Tujuan dari penulisan eksegese kitab Kejadian 6:6
adalah untuk memberikan penjelasan teologis, bagaimana “Tuhan menyesal” seperti
apa penyesalan Tuhan, dan mengapa tuhan dapat atau bisa menyesal?
BAB II
ANALISA TEKSTUAL DAN TERJEMAHAN
KEJADIAN 6: 6
Tekstual[3]
#r<a'_B'
~d"Þa'h'¥-ta, hf'î['-yKi( hw"ëhy> ~x,N"åYIw:6
`AB*li-la, bCeÞ[;t.Yiw
Terjemahan
:[4]
Septuaginta (LXX)
6. kai. evnequmh,qh o` qeo.j
o[ti evpoi,hsen to.n a;nqrwpon evpi. th/j gh/j kai. dienoh,qh
KJV
6. And it repented the LORD that he
had made man on the earth, and it grieved him at his heart.
NIV
6. The LORD was grieved that he had
made man on the earth, and his heart was filled with pain.
Penulis
6. Maka menyesallah
Tuhan, bahwa Ia telah menjadikan manusia dibumi, dan hal itu memilukan
hati-Nya.
GENDRE/SETTING/BENTUK
Kitab Kejadian
adalah kitab pertama dari Alkitab dan kitab TauratMusa
atau Tanakh.
Dalam bahasa Ibrani
kitab ini disebut Bere-sit yang berarti “pada mulanya”. Kata Bere-sit
merupakan kata pertama dari kitab ini dalam bahasa Ibrani. Dalam bahasaInggris,
kitab ini disebut dengan nama Genesis.
Nama ini diambil dari terjemahan bahasa LatinSantoHieronimus
yang mengambilnya dari Septuaginta
(LXX), terjemahan bahasa Yunani
(Γένεσις). Nama ini merujuk pada Kejadian 2:4 “Demikianlah riwayat langit dan
bumi”.Kata ‘’demikianlah’’ dalam bahasa Ibrani ’’toledot’’ yang berarti
memperanakkan atau keturunan.Kitab ini menceritakan permulaan segala sesuatu,
baik itu asal-usul alam semesta dan juga bangsa Israel.
Berdasarkan isinya, kitab ini terbagi dalam dua bagian yaitu, pertama: Kejadian
1:1-11:26, menceritakan sejarah zaman permulaan; awal mula dari dunia, manusia
dan dosa
dan juga merupakan pengantar kepada sejarah keselamatan. Kedua: Kejadian 11:27-50:26 Sejarah bapa leluhur;
pemilihan Allah
terhadap bapak leluhur, Allah memanggil satu umat yang menjadi pilihan-Nya dan
Ia berjanji atas tanah dan keturunan.[5]
Kitab ini merupakan kitab yang mengisahkan aneka
Permulaan dan menyejikan kisah yang megah tentang permulaan segala sesuatu yang
dijadikan, juga menjawab pertanyaan mengenai asal usul dunia, tanaman, hewan,
dan umat manusia. Kitab ini
mengisahkan penetapan lembaga keluarga, asal mula dosa, penganugerahan
penyataan Ilahi, pertumbuhan dan perkembangan bangsa manusia dan awal rencana
Allah untuk menyediakan penebusan melalui umat pilihan-Nya.Kitab ini juga
memecahkan sejumlah teka-teki, rahasia dan situasi membingungkan dari segi
kehendak Allah bagi umat-Nya.[6]
ANALISA KONTEKS KULTURAL HISTORIS
UMUM
Dalam
keseluruhan kitab Kejadian, tak pernah sekalipun menyebutkan tentang siapa
penulisnya. Begitu pula dengan kitab-kitab lain dalam Alkitab, yang juga tidak
secara jelas memberikan data tentang nama penulis kitab Kejadian. Namun secara
umum, dan sejalan dengan tradisi – kitab Kejadian dipercayai sebagai kitab yang
ditulis oleh Musa. Hal ini didasarkan pada minimal dua hal yang menjadi bukti:
1) Kejadian sangat berhubungan erat dengan kitab-kitab Torah yang lain (kitab:
keluaran, imamat, bilangan dan ulangan). Ada banyak kisah yang terdapat dalam
kitab Torah yang bersumber dari kitab Kejadian, sehingga keempat kitab lainnya
sangat tergantung pada kitab pertama (kitab. Kejadian). Oleh karena keempat
kitab Torah yang lain ditulis oleh Musa, maka keterkaitan isi diantaranya
membuktikan bahwa kitab Kejadian pun ditulis oleh Musa; 2) Bukti berikut ini
merupakan bukti yang didasarkan pada kesaksian Alkitab. Ada beberapa ayat dalam
PB (perjanjian baru) yang menyatakan bahwa seluruh kitab Torah ditulis oleh
Musa: (Yoh 1:45; 5:46-47). Kutipan ayat oleh Yesus dan murid-muridnya yang
terambil dari kitab Torah diatas, juga sekaligus dipercayai berasal dari Musa,
menunjukkan bahwa Yesus pun menerima pandangan tradisional Yahudi bahwa Musa
menulis kelima kitab Torah.[7]
Tujuan
Dan Pesan Kitab Kejadian[8]
Kitab
Kejadian merupakan kitab yang sangat unik. Meskipun kitab Kejadian bukanlah
kitab ilmu pengetahuan, kitab biografi, maupun kitab sejarah, namun dalam
tataran praksis, kitab yang ditulis oleh Musa ini sering dipakai sebagai bahan
penyelidikan dalam ilmu pengetahuan, pusat data, dan sumber utama bagi
penulisan sejarah – walaupun ada saja yang kebablasan dalam penggunannya, yang
terlepas sama sekali dari maksud dan tujuan kitab ini ditulis. Salah satu
tujuan kitab Kejadian ditulis adalah untuk menceritakan dan menunjukkan alasan
mengapa Yahweh berkenan untuk memilih keluarga Abraham dan mengadakan perjanian
dengan mereka. Perjanjian yang merupakan dasar teologi dan identitas bagi umat
Israel.
Kitab yang diawali dengan cerita penciptaan ini menuntun setiap pembacanya agar memiliki pengenalan yang tepat pada Yahweh, Allah umat Israel. Allah yang maha kuasa, pencipta dunia sebagi tempat tinggal manusia. Pencipta yang mencipta manusia seturut dengan gambar dan rupa-Nya – dibekali dengan “potensi ilahi” sebagai bagian dari konsekuensi kesegambaran dengan Allah, tentunya disertai dengan tanggung jawab personal. Kitab Kejadian menunjukkan bahwa Yahweh yang berdaulat sedang melaksanakan suatu rencana sejarah. Pesan bahwa pada mulanya manusia diciptakan dengan berbagai keunggulan dan dengan penuh kasih ditempatkan Allah dalam suatu situasi yang ideal – berbeda dengan keadaan manusia setelah jatuh dalam dosa – sangat jelas diberitakan. Kegagalan manusia yang diawali kesalahan Adam dan Hawa sebagai representasi manusia terus menerus berlanjut sampai masa Nuh, menyebabkan Yahweh mendatangkan air bah yang menyerakkan orang-orang dari lembah sinear. Kekecewaan Yahweh terhadap manusia seakan terobati dengan dipilihnya Abraham – bukan karena Abraham berjasa, akan tetapi itu semua merupakan suatu tindakan kedaulatan Allah. Dan Abraham sendiri tentunya patut dihormati karena dia menanggapi dalam ketaatannya dan percaya betul bahwa Yahweh akan menjunjung tinggi (menggenapi) janji-Nya. Pada akhirnya Kejadian juga berusaha menjelaskan bagaimana Israel (sebagai bangsa) sampai terorganisasi – yang secara lengkap juga menjelaskan mengenai jalinan relasi kedua belas suku Israel dan menerangkan mengapa beberapa suku lebih menonjol, sedangkan yang lain kurang dikenal.
Kitab yang diawali dengan cerita penciptaan ini menuntun setiap pembacanya agar memiliki pengenalan yang tepat pada Yahweh, Allah umat Israel. Allah yang maha kuasa, pencipta dunia sebagi tempat tinggal manusia. Pencipta yang mencipta manusia seturut dengan gambar dan rupa-Nya – dibekali dengan “potensi ilahi” sebagai bagian dari konsekuensi kesegambaran dengan Allah, tentunya disertai dengan tanggung jawab personal. Kitab Kejadian menunjukkan bahwa Yahweh yang berdaulat sedang melaksanakan suatu rencana sejarah. Pesan bahwa pada mulanya manusia diciptakan dengan berbagai keunggulan dan dengan penuh kasih ditempatkan Allah dalam suatu situasi yang ideal – berbeda dengan keadaan manusia setelah jatuh dalam dosa – sangat jelas diberitakan. Kegagalan manusia yang diawali kesalahan Adam dan Hawa sebagai representasi manusia terus menerus berlanjut sampai masa Nuh, menyebabkan Yahweh mendatangkan air bah yang menyerakkan orang-orang dari lembah sinear. Kekecewaan Yahweh terhadap manusia seakan terobati dengan dipilihnya Abraham – bukan karena Abraham berjasa, akan tetapi itu semua merupakan suatu tindakan kedaulatan Allah. Dan Abraham sendiri tentunya patut dihormati karena dia menanggapi dalam ketaatannya dan percaya betul bahwa Yahweh akan menjunjung tinggi (menggenapi) janji-Nya. Pada akhirnya Kejadian juga berusaha menjelaskan bagaimana Israel (sebagai bangsa) sampai terorganisasi – yang secara lengkap juga menjelaskan mengenai jalinan relasi kedua belas suku Israel dan menerangkan mengapa beberapa suku lebih menonjol, sedangkan yang lain kurang dikenal.
ANALISA KONTEKS KULTURAL HISTORIS
KHUSUS
Sejarah Zaman Purba (Kejadian 1-11)[9]
Riwayat sejarah zaman purba dalam kejadian di dapati mempunyai beberapa
kesamaan dengan sastra Timur Dekat Kuno. Teristemewa Mesopotamia dalam kitab
Epik Atra-Hasis berisi kisah mengenai penciptaan, pertumbuhan jumlah penduduk,
dan kerusakan oleh air bah yang mempunyai kesamaan dengan beberapa detail dari
Kejadian 2-9. Kisah air bah juga terdapat dalam kitab Epik Atra-Hasis, dengan
beberapa perubahan. Beberapa cendikiawan memandang kitab ini sebagai kitab yang
berisi berbagai versi yang disesuaikan dengan mitologi masyarakat babilonia.
Karena Mesopotamia membanggakan diri sebagai tempat lahir kebudayaan Timur
Dekat Kuno, dan arena sastra Babilonia lebih tua dari pada tanggal-tanggal yang
umumnya diterima untuk kitab kejadian, maka telah diperkirakan bahwa adanya
kesamaan-kesamaan tersebut menunjukkan kebergantungan Alkitab pada materi
Babilonia hal ini sudah dikuatkan dalam pikiran para penafsir ini. Menurut
teori ini, umat Israel meminjam konsep-konsep mitologi dari materi Babilonia,
tetapi sudah beberapa abad lebih menyesuaikan diri dengan pandangan monoteistik
mereka yang khas.
Narasi Para Leluhur (Kejadian 12-50)[10]
Pada umumnya, narasi para leluhur dapat dilihat dari pariode-periode
arkelogi yang ditandakan sebagai Zaman Perunggu Tengah I (sekirtar tahun 2000-1900
SM), dan Zaman Perunggu Tengah IIA (sekitar tahun 1850-1750).Selama masa ini
Mesopotamia mengalami masa peralihan dari periode kebangunan kembali masyarakat
Sumer (penduduk asli Timur Tengah) yang sangat berhasil dari periode Ur III ke
dedominasi orang-orang Amori dari periode Babilon Lama.Tampak jelas dari data
arkeologi bahwa selama periode-periode itu ada kecendrungan umum dalam struktur
sosial Palestina dari sifat setengah menetap kepada yang bersifat urban
(menjadi penduduk tetap) dengan kota-kota berkubu.
OUTLINE KITAB KEJADIAN[11]
I.
Penciptaan (1:1-2: 3)
II.
Sebelum para bapa leluhur: perlunya umat perjanjian
a.
Toledoth langit dan bumi (2: 4-4: 26)
b.
Toledoth Adam (5: 1-6: 8)
c.
Toledoth Nuh (6: 9-9: 29)
d.
Toledoth Sem, Ham, dan Yafet (10: 1-11:
29)
e.
Toledoth Sem (11: 10-26)
III.
Para bapa leluhur di Palestina: Penetapan umat perjanjian
a.
Toledoth Terah (11: 27-25: 11)
b.
Toledoth Ismael (25: 12-18)
c.
Toledoth Ishak (25: 19-35: 29)
d.
Toledoth Esau (36: 1-8)
e.
ToledothEsau (36: 9-37: 1)
IV.
Bapa leluhur Mesir: inkubasi untuk umat perjanjian
a.
Toledoth Yakub (37:2-50:26)
SYNTAK - GRAMATIKA
Kata~xn[12](naham)mendapat
kata penghubungpartikelw>(we) artinya “dan”mempunyai fungsi sebagai
penghubung antara dua kalimat yang berbeda, juga menandakan suatu peningkatan
dari suatu kalimat. Dalam terjemahan LXX (Septuaginta) menggunakan terjemahan “kai.
“ (kai) memiliki arti yang sama, dalam
KJV menggunakan terjemahan “and”. Namun dalam NIV dan penulis memakai memakai kata “maka”
namun hal ini tidak mengurangi arti yang sebenarnya.[13]
Katahf[[14](asah)mendapat homonim kata penghubung
partikelyK(ki)
artinya “karena”. Merupakan satu penegasan sebab akibat mengapa sesuatu hal
bisa terjadi yang juga memperkenalkan suatu pernyataan yang tidak langsung. LXX
menggunakan kata “ o[ti“ (oti) yang memiliki arti yang sama dengan MT (Teks
Masoret, yaitu teks Alkitab dalam bahasa Ibrani).Dalam terjemahan KJV dan NIV menggunakan kata “that” yang diartikan
“bahwa”, LAI sendiri setuju dengan terjemahan dari KJV dan NIV.[15]
Kata dasar~d"Þa' (adam) mendapat awalan tae (et) dan awalan h; (ha).awalan tae (et) dalam bahasa Ibrani mempunyai
fungsi untuk menunjukkan suatu objek dan
tidak memiliki arti tertentu. Sedangkan awalan h; (ha) dalam bahasa Ibrani merupakan
kata penunjuk “itu” yang berarti suatu
penegasan arah. Kata h; (ha) juga merupakan pencatat pelengkap penderita partikel
homonim 1 artikel partikel dari kata dasar~d"Þa' (adam).[16]
Kata B. (be) merupakan kata depan yang sama dengan partikel h ;(ha) dari kata#r,a,
(erest)
kata B. (be)memiliki arti”di dalam” yang menyatakan suatu tempat
atau keterangan dimana sesuatu sedang atau sudah berlangsung. LXX (septuaginta)
menggunakan kata “ evpi. “dalam terjemahannya memiliki arti “pada”. Sedangkan KJV
dan NIV memakai kata “on” artinya “pada”.[17]
Kata la, (el)merupakankata depan partikeldari kata dasarble (leb)memiliki arti “kepada” yang
menyatakan dengan jelas tujuan yang dituju.
BAB III
TAFSIR KITAB KEJADIAN 6 : 6
#r<a'_B'
~d"Þa'h'¥-ta, hf'î['-yKi( hw"ëhy> ~x,N"åYIw:6
`AB*li-la, bCeÞ[;t.YIw:
MT (MasoretTeks) Kata hw"ëhy>
~x,N"åYIw:(we-yinahem Yehowah)(consec,-Ni.impf. 3 m.s. akar kata~xn –pr.n.) artinya “penyesalan”. Dalam KJV menggunakan terjemahan
“and Yahweh was sorry” memiliki arti “dan Yahwe sesalkan”. Dalam NIV
menggunakan terjemahan “The LORD was grieved” artinya “ Tuhan disakitkan
hati-Nya.[18]
Dalam Kejadian 6: 5, terdapat katat[;îr" (ra’akh) artinya “jahat atau kejahatan”. Apa yang
dilakukan menusia dimuka bumi hanyalah kejahatan semata hal inilah yang
menyebabkan penyesalan Allah dalam Kejadian 6:6, yang dengan jelas menyatakan
penyesalan Allah akan perbuatan manusia.
Kata “menyesal” dalam bahasa Ibrani menggunakan kata ~xn (nahum), dan kata“memilukan”
menggunakan kata hf[ (asab), kemerosotan moral sudah
menyebar luas. Kemerosotan itu bersifat batiniah, berkesinambungan dan sudah
menjadi kebiasan, manusia rusak sepenuhnya, buruk hati dan perilakunya, serta
tidak ada yang baik di dalam dirinya. Segala kecendrungan hatinya dan pikirannya
sama sekali diluar kehendak Yahwe. Manusia bertakhta, Allah dilupakan dan
ditentang secara terang-terangan. “naham” dealam bentuk Niphal melukiskan kasih Allah yang telah menderita kekecewaan yang
menggenaskan. Secara harafiah yang dimaksudkan adalah menarik nafas panjang
dalam penderitaan yang amat mendalam.Semua maksud dan rencana Allah telah gagal
untuk menghasilkan buah yang berharga sebagaimana yang dikehendaki-Nya, sebab
dicela oleh manusia berdosa. “asab” dalam bentuk Hithpael berarti tertusuk atau mengelami penusukan. Dengan demikian
pernyataan ini menyatakan bahwa Allah mengalami kepedihan yang menusuk hatinya
menyaksikan kemerosotan moral tragis yang dihasilkan dosa.Pekerjaan tangan-Nya
telah dicemarkan dan dihancurkan.[19]
Seperti halnya para pendosa berkembang biak demikian jugalah dosa. Menurut
penganalisaan Allah kerusakan manusia adalah menyeluruh.Secara paradoksal
manusialah yang menjadi tuhan hal ini menuntut suatu perubahan pemerintahan
Allah, yaitu suatu pengadilan yang radikal[20].
Dalam kejadian 5: 5 “kejahatan manusia besar”, terjemahan NIV “betapa besar
kejahatan manusia”. Dizaman Nuh sifat dosa manusia dengan terang-terangan
ditunjukkan dalam dua hal utama, yaitu: nafsu seksual (ay.2) dan kekerasan
(ay.11). kebejatan manusia tidak berubah. Nafsu dan kekerasan merupakan sarana
ungkapan kejahatan yang tidak terkendali.Hal inilah yang membuat Tuhan menyesal.Allah
yang dinyatakan pada pasal-pasal awal kitab ini sebagai Allah yang menangani orang-orang
secara pribadi dan sanggup menyatakan perasaan, kekecewaan, dan reaksi terhadap
dosa yang disengaja dan pemberontakan manusia.
1.
Kata “menyesal” menunjukkan bahwa akibat dosa manusia
yang menyedihkan itu, sikap Allah terhadap manusia berubah: sikap kemurahan dan
sabar berubah menjadi hukuman.
2.
Sekalipun keberadaan, sifat, dan maksud-maksud utama
Allah tidak berubah (1 Sam 15: 29; Yak 1: 17), Ia tetap terbuka dan tanggap
dengan urusan-Nya dengan manusia. Parasaan, sikap, tindakan, dan pikiran Allah
dapat berubah sesuai dengan tanggapan yang berubah terhadap kehendak-Nya.
3.
Pernyataan mengenai Allah ini sebagai Allah yang dapat
merasakan penyesalan dan kesedihan menunjukkan bahwa Allah berada dalam
hubungan pribadi dan intim dengan ciptaan-Nya.[21]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “menyesal” adalah “merasa tidak
enak karena telah berbuat sesuatu yang kurang baik”. Sedangkan kata “menyesali”
memiliki dua arti yaitu : 1. Merasa tidak enak atau kecewa akan sesuatu, 2.
mempersalahkan[22].
Dalam Alkitab kata “menyesal” ditulis sebanyak 27 kali (Kej 6: 6; 13: 17; 32:
14; 2 Sam 24: 16; Bil 23: 19; 1 Sam 15:11,29,35; 2 Raj 22:19; Ayb 42: 6; Mzm
106: 45; 110: 4; Yer 8:6; 18: 8; 26:3,13; 42: 10; Yl 2: 13,14; Amos 7: 3,6; Yun
3:9; Zak 8:14; Mat 21:30, 32; 27:3; Luk 17:3).[23]
Perbandingan Bilangan 23: 19
~x'_n<t.yIw> ~d"Þa'-!b,W bZEëk;ywI) ‘lae vyaiî
al{å19
`hN"m<)yqiy> al{ïw> rB<ßdIw> hf,ê[]y:
al{åw> ‘rm;a' aWhÜh;
19. Allah bukanlah
manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan
Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?
Kata ~x'_n<t.yIw>(we-yitneham). KJV dan NIV “that
He should repent” artinya “bahwa Ia harus sesali”. Dalam ayat ini Bileam (nabi
yang diutus Tuhan untuk memberkati Israel namun yang juga di panggil Balak
untuk mengutuk orang Israel) menenkankan bahwa Allah bukanlah Allah yang
menyesal.Ia tidak akan menyesal karena Ia bukan manusia. Agaknya ayat ini
kontras dengan kejadian 6:6, dimana dengan jelas dikatakan bahwa “Allah
menyesal”.Namun jika diperhatikan dengan seksama. Kata “menyesal” pada kejadian
6:6, penyesalan Allah bersifat imperfek (bukan perfek) artinya tidak permanent,
dan tanpa unsur kejahatan atau dosa. Sedangkan dalam Bilangan 23:19, terdapat
kata “dusta”, kata “berdusta” dan “menyesal” adalah dua kata yang pararel
(merupakan suatu kesatuan) jika manusia menyesal maka berarti ia telah berdusta
sebelumnya. Allah bukanlah tidak dapat diandalkan, mudah goyah, dan berubah
pikiran, tetapi oleh tabiat-Nya, Ia itu setia kepada janji dan komitmen-Nya.
Namun sifat Allah ini tidak menutup kemungkinan bahwa Ia mengubah pikiran atau
rencana-Nya sesuai dengan situasi tertentu. Terkadang Allah mengubah
rencana-Nya mengenai hukuman sebagai tanggapan atas doa umat-Nya (Kel 32:
11,14) atau sebagai tanggapan pertobatan orang fasik (Yun 3: 1-10; 4:2).[24]
Dalam kejadian 6:6 Allah menyesal bukanlah menyesal untuk selamanya melainkan
ini adalah ungkapan secara anthropomorphisme untuk menyatakan bahwa kepiluan
hati Allah sangat dalam karena kebobrokan manusia (1 Sam 15: 29)[25]
TEMUAN TEOLOGIS DAN APLIKASI[26]
Kitab Kejadian adalah kitab segala permulaan dan berisi dasar-dasar bagi sebagian
besar teologi Perjanjian Lama. Pemahaman mengenai isi dan amanat kitab ini
sangat diperlukan unutk menelaah kitab-kitab yang lain di Alkitab. Kitab
Kejadian bukan kitab ilmu pengetahuan, kendatipun para ilmuan adalah benar
dalam hal menyelidiki tuntutan-tuntutannya.Kitab ini juga bukan kitab biografi,
bukan kitab sejarah walaupun banyak menempuh jalan sejarah.Kitab ini adalah
kitab teologi, walaupun teologinya tidak diuraikan secara sistematis.
Kitab Kejadian tidak menyebut identitas penulisnya, dan kitab-kitab lain
di Alkitabpun tidak secara jelas meneybutkan nama dari penulis kitab ini.
Secara tradisional dipercayai bahwa Musalah yang menulis kitab ini, dan itupun bukan tanpa alasan yang
baik., dan kebanyakan sastra Alkitab
memperlakukan Torah sebagai satu kesatuan. Oleh karena itu dapat di pahami
bahwa Musa dianggap sebagai penulis semua kitab Taurat.Bagaimanapun juga,
terlepas dari logika dan tradisi adalah sulit untuk menghasilkan banyak bukti
yang menghubungkan Musa dengan penulisan kitab ini. Siapapun yang menyusun kita
Kejadian entah Musa ataukah orang lain kitab tersebut jelas mempunyai satu segi
komposisi yang menonjol: kitab ini disusun sekitar sebelas bagian yang
masing-masing ditentukan oleh satu formula toledoth.
Yang pertama dari formula-formula ini muncul dalam Kejadian 2: 4 “ demikianlah
riwayat (toledoth) langit dan bumi
pada waktu diciptakan”. Sepuluh formula-formula yang lain berhubungan dengan
(Adam, Nuh, Sem, dll). Hal ini menunjukkan bahwa entahkah sang penyusun memakai
formula-formula ini untuk menandakan dokumen-dokumen yang merupakan sumbernya,
atau untuk menata materinya. Karena tidak ada alasan untuk meragukan bahwa
sebagian materi dari kitab Kejadian berada dalam bentuk tulisan bahkan sebelum
Musa ada, maka kita dapat memandang seseorang seperti Musa sebagai seorang
penyunting dari pada seorang penulis.
BAB V
KESIMPULAN
Kemerosotan manusia yang bersifat batiniah, berkesinambungan dan sudah
menjadi kebiasan, manusia rusak sepenuhnya, buruk hati dan perilakunya, serta tidak
ada yang baik di dalam dirinya. Segala kecendrungan hatinya dan pikirannya sama
sekali diluar kehendak Yahwe. Manusia bertakhta, Allah dilupakan dan ditentang
secara terang-terangan.Allah dapat merasakan penyesalan dan kesedihan akibat
dosa manusia yang menyedihkan itu, sikap Allah terhadap manusia berubah: sikap
kemurahan dan sabar berubah menjadi hukuman.Allah dapat mengalami kepedihan
yang menusuk hatinya menyaksikan kemerosotan moral tragis yang dihasilkan
dosa.Pekerjaan tangan-Nya telah dicemarkan dan dihancurkan.[27]Menunjukkan
bahwa Allah berada dalam hubungan pribadi dan intim dengan ciptaan-Nya.[28]Allah
menyesal bukanlah menyesal untuk selamanya namun hanya untuk menyatakan bahwa
kepiluan hati Allah sangat dalam karena kebobrokan manusia (1 Sam 15: 29)[29].
Allah adalah Allah yang memiliki perasaan, kehendak, dan pikiran (jiwa) namun
pikiran, perasaan, dan kehendak Allah tidaklah sama dengan manusia yang fana.
LAMPIRAN
STRUKTUR KEJADIAN 6: 6
Ayat
|
Kata
sandang/kata sambung/partikel
|
Subjek
|
Predikat/kata
kerja
|
Objek
|
Keterangan
|
6
|
Maka
|
||||
menyesal
|
|||||
-lah
|
|||||
Tuhan
|
|||||
Bahwa
|
|||||
Ia
|
|||||
Telah menjadikan
|
|||||
Manusia
|
|||||
Di bumi
|
|||||
Dan hal itu
|
|||||
Memilukan
|
|||||
Hati-Nya
|
[2]Ibid, 25
[3]Tekstual
adalah suatu bentuk kritik teks yang diambil berdasarkan sumber-sumber atau
bahan-bahan yang ada.Penulis mengacu kepada teks Ibrani yang adalah Teks
Masoret yang diambil dari A.Alt. P. Khale Ediderat, R. Kittel, Bible Hebraica
Stuttgartensia (Jerman: Deutshe Bibelgellschaft Stuttgart, 1990)958. Karena
teks masoret ini mewakili sebuah tradisi kritik teks Yahudi yang berlangsung
lama.BHS memakai kodeks Leningard, yaitu kodeks abad pertengahan pada tahun
1008 dari tradisi Tiberias.Selain itu penulis juga menggunakan perbandingan
dengan empat kitab dalam terjemahan yang lainnya untuk membantu menyelesaikan
masalah-masalah yang ada dalam teks yang mendekati dengan bahasa aslinya.
[4]Penulis
mengunakan terjemahan Septuaginta, KJV, NIV, dan terjemahan LAI sebagai bahan
perbandingan.
[6]Ibid.
21
[7]Herbert,
Pengenalan Pentateukh, (Malang:
Gandum Mas, 1996)158
[8]Andrew
E. Hill. John H. Walton, Survei
Perjanjian Lama (Malang : Gandum Mas)147-148
[9]Andrew E. Hill. John H. Walton, Survei Perjanjian Lama (Malang : Gandum
Mas)143-145
[10]Ibid,
146
[11]Ibid, 146-147
[12]John
Joseph Owens, Analitical Key to The Old
Testament Vol 1. Genesis-Joshua(Michigan: baker book house company, 1995)245
[13]Ronald
J. Williams, Hebrew Syntak an Outline.
45
[14]John
Joseph Owens, Analitical Key to The Old
Testament Vol 1. Genesis-Joshua(Michigan: baker book house company, 1995)245
[15]Ronald
J. Williams, Hebrew Syntak an Outline.45
[16]Ibid,
45
[17]Ibid, 46
[18]John
Joseph Owens, Analitical Key to The Old
Testament Vol 1. Genesis-Joshua(Michigan: baker book house company, 1995)23
[23]Pdt.
Maarkus Agung, Konkordansi Alkitab
(Jakarta)709-710.
[25]Yun-Sun.
Park, Tafsiran Kitab Kejadian (Batu:
Global Partners)51
[26]Andrew
E. Hill. John H. Walton, Survei
Perjanjian Lama (Malang : Gandum Mas)141-143
[29]Yun-Sun.
Park, Tafsiran Kitab Kejadian (Batu:
Global Partners)51
No comments:
Post a Comment