Sunday, January 17, 2016

Jasa Pembuatan Skripsi Theologi


Jasa Pembuatan Skripsi Theologi

Jasa Skripsi adalah biro jasa atau lembaga yang melayani jasa konsultasi pembuatan skripsi dan karya tulis ilmiah lainnya. Jasa Skripsi saat ini sudah mulai merambah dan menyebar seperti pepatah "bagai jamur tumbuh di musim hujan". keberadaannya sudah menyerupai dengan bisnis jasa lainnya. Bisnis Jasa Skripsi meliputi berbagai aspek layanan, ada yang melayani dalam jasa pengolahan data skripsi, ada juga yang melayani jasa konsultasi penyusunan substansi dari materi yang dibahas dalam sebuah skripsi, ada yang memberikan layanan jasa penyedia koleksi judul skripsi, ada yang memberi jasa penyedia hard copy skripsi yang pernah ada sebagai bahan referensi dan masukan, namun ada pula yang memberikan jasa dalam pembuatan dan pengerjaan skripsi secara utuh mulai dari penetuan judul hingga selesai.

Dalam hal ini saya menawarkan jasa skripsi untuk mahasiswa theologi terutama dalam bidang pembuatan exsegesis.
Berikut adalah contoh pembuatan eksegese yang saya buat, ini bukanlah contoh pembuatan skripsi exsegesis tapi saya dapat melakukannya jika anda inginkan.
Anda dapat menghubungi saya via whatsaap +6285330374762 (AS), BBM 53B336AB, atau via email lisamaka@yahoo.com

BAB I
PENDAHULUAN

Kitab kejadian adalah kitab yang mengarahkan pembacanya kembali ke saat maha penting  dari penciptaan ketika mana khalik yang Mahakuasa bersabda menjadikan berbagai keajaiban tak tersaingi berupa matahari, bulan, bintang-bintang, planet, galaksi, tanaman, dan makhluk-makhluk hidup serta satu orang yang diciptakan sesuai dengan gambar-Nya. Kitab ini sendiri terdiri dari lima puluh pasal. Penulisnya diilhamkan penyingkapan penciptaan, ia mengisahkan bagaiman dosa meranyap muncul dengan pasti dan tanpa ampun untuk mendatangkan kehancuran, kekacauan, dan maut. Ia (dosa) menunjukkan buah-buah tragis dari dosa berupa kekalahan menyedihkan orang tua kita yang pertama dan memperlihatkan bagaimana kemudian kejahatan manusia yang bertumpuk menghasilkan kehancuran dan nyaris kepunahan hiodup manusia. Di dalam awal yang baru penulis menelusuri pertumbuhan umat yang baru itu dan akhirnya karier yang mempesona dari Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf serta keturunan mereka.Kitab ini kemudian diakhiri penulis dengan kematian Yusuf di Mesir dan dimulainyalah babak baru.[1]
Allah adalah  pencipta segala sesuatu sejak awal kitab Kejadian, fokus dan sorotan terarah kepada Yang Mahakuasa. Dia adalah Alfa dan Omega, yang Awal dan yang Akhir  yang menjadikan segala sesuatu [2]
Tujuan dari penulisan eksegese kitab Kejadian 6:6 adalah untuk memberikan penjelasan teologis, bagaimana “Tuhan menyesal” seperti apa penyesalan Tuhan, dan mengapa tuhan dapat atau bisa menyesal?







BAB II
ANALISA TEKSTUAL DAN TERJEMAHAN
KEJADIAN 6: 6

Tekstual[3]


 #r<a'_B' ~d"Þa'h'¥-ta, hf'î['-yKi( hw"ëhy> ~x,N"åYIw:6
`AB*li-la, bCeÞ[;t.Yiw
Terjemahan :[4]

Septuaginta (LXX)
6. kai. evnequmh,qh o` qeo.j o[ti evpoi,hsen to.n a;nqrwpon evpi. th/j gh/j kai. dienoh,qh
KJV
6. And it repented the LORD that he had made man on the earth, and it grieved him at his heart.
NIV
6. The LORD was grieved that he had made man on the earth, and his heart was filled with pain.
Penulis
6. Maka menyesallah Tuhan, bahwa Ia telah menjadikan manusia dibumi, dan hal itu memilukan hati-Nya.


GENDRE/SETTING/BENTUK


Kitab Kejadian adalah kitab pertama dari Alkitab dan kitab TauratMusa atau Tanakh. Dalam bahasa Ibrani kitab ini disebut Bere-sit yang berarti “pada mulanya”. Kata Bere-sit merupakan kata pertama dari kitab ini dalam bahasa Ibrani. Dalam bahasaInggris, kitab ini disebut dengan nama Genesis. Nama ini diambil dari terjemahan bahasa LatinSantoHieronimus yang mengambilnya dari Septuaginta (LXX), terjemahan bahasa Yunani (Γένεσις). Nama ini merujuk pada Kejadian 2:4 “Demikianlah riwayat langit dan bumi”.Kata ‘’demikianlah’’ dalam bahasa Ibrani ’’toledot’’ yang berarti memperanakkan atau keturunan.Kitab ini menceritakan permulaan segala sesuatu, baik itu asal-usul alam semesta dan juga bangsa Israel. Berdasarkan isinya, kitab ini terbagi dalam dua bagian yaitu, pertama: Kejadian 1:1-11:26, menceritakan sejarah zaman permulaan; awal mula dari dunia, manusia dan dosa dan juga merupakan pengantar kepada sejarah keselamatan. Kedua: Kejadian 11:27-50:26 Sejarah bapa leluhur; pemilihan Allah terhadap bapak leluhur, Allah memanggil satu umat yang menjadi pilihan-Nya dan Ia berjanji atas tanah dan keturunan.[5]
Kitab ini merupakan kitab yang mengisahkan aneka Permulaan dan menyejikan kisah yang megah tentang permulaan segala sesuatu yang dijadikan, juga menjawab pertanyaan mengenai asal usul dunia, tanaman, hewan, dan umat manusia. Kitab ini mengisahkan penetapan lembaga keluarga, asal mula dosa, penganugerahan penyataan Ilahi, pertumbuhan dan perkembangan bangsa manusia dan awal rencana Allah untuk menyediakan penebusan melalui umat pilihan-Nya.Kitab ini juga memecahkan sejumlah teka-teki, rahasia dan situasi membingungkan dari segi kehendak Allah bagi umat-Nya.[6]










ANALISA KONTEKS KULTURAL HISTORIS UMUM

            Dalam keseluruhan kitab Kejadian, tak pernah sekalipun menyebutkan tentang siapa penulisnya. Begitu pula dengan kitab-kitab lain dalam Alkitab, yang juga tidak secara jelas memberikan data tentang nama penulis kitab Kejadian. Namun secara umum, dan sejalan dengan tradisi – kitab Kejadian dipercayai sebagai kitab yang ditulis oleh Musa. Hal ini didasarkan pada minimal dua hal yang menjadi bukti: 1) Kejadian sangat berhubungan erat dengan kitab-kitab Torah yang lain (kitab: keluaran, imamat, bilangan dan ulangan). Ada banyak kisah yang terdapat dalam kitab Torah yang bersumber dari kitab Kejadian, sehingga keempat kitab lainnya sangat tergantung pada kitab pertama (kitab. Kejadian). Oleh karena keempat kitab Torah yang lain ditulis oleh Musa, maka keterkaitan isi diantaranya membuktikan bahwa kitab Kejadian pun ditulis oleh Musa; 2) Bukti berikut ini merupakan bukti yang didasarkan pada kesaksian Alkitab. Ada beberapa ayat dalam PB (perjanjian baru) yang menyatakan bahwa seluruh kitab Torah ditulis oleh Musa: (Yoh 1:45; 5:46-47). Kutipan ayat oleh Yesus dan murid-muridnya yang terambil dari kitab Torah diatas, juga sekaligus dipercayai berasal dari Musa, menunjukkan bahwa Yesus pun menerima pandangan tradisional Yahudi bahwa Musa menulis kelima kitab Torah.[7]

Tujuan Dan Pesan Kitab Kejadian[8]
            Kitab Kejadian merupakan kitab yang sangat unik. Meskipun kitab Kejadian bukanlah kitab ilmu pengetahuan, kitab biografi, maupun kitab sejarah, namun dalam tataran praksis, kitab yang ditulis oleh Musa ini sering dipakai sebagai bahan penyelidikan dalam ilmu pengetahuan, pusat data, dan sumber utama bagi penulisan sejarah – walaupun ada saja yang kebablasan dalam penggunannya, yang terlepas sama sekali dari maksud dan tujuan kitab ini ditulis. Salah satu tujuan kitab Kejadian ditulis adalah untuk menceritakan dan menunjukkan alasan mengapa Yahweh berkenan untuk memilih keluarga Abraham dan mengadakan perjanian dengan mereka. Perjanjian yang merupakan dasar teologi dan identitas bagi umat Israel.
            Kitab yang diawali dengan cerita penciptaan ini menuntun setiap pembacanya agar memiliki pengenalan yang tepat pada Yahweh, Allah umat Israel. Allah yang maha kuasa, pencipta dunia sebagi tempat tinggal manusia. Pencipta yang mencipta manusia seturut dengan gambar dan rupa-Nya – dibekali dengan “potensi ilahi” sebagai bagian dari konsekuensi kesegambaran dengan Allah, tentunya disertai dengan tanggung jawab personal. Kitab Kejadian menunjukkan bahwa Yahweh yang berdaulat sedang melaksanakan suatu rencana sejarah. Pesan bahwa pada mulanya manusia diciptakan dengan berbagai keunggulan dan dengan penuh kasih ditempatkan Allah dalam suatu situasi yang ideal – berbeda dengan keadaan manusia setelah jatuh dalam dosa – sangat jelas diberitakan. Kegagalan manusia yang diawali kesalahan Adam dan Hawa sebagai representasi manusia terus menerus berlanjut sampai masa Nuh, menyebabkan Yahweh mendatangkan air bah yang menyerakkan orang-orang dari lembah sinear. Kekecewaan Yahweh terhadap manusia seakan terobati dengan dipilihnya Abraham – bukan karena Abraham berjasa, akan tetapi itu semua merupakan suatu tindakan kedaulatan Allah. Dan Abraham sendiri tentunya patut dihormati karena dia menanggapi dalam ketaatannya dan percaya betul bahwa Yahweh akan menjunjung tinggi (menggenapi) janji-Nya. Pada akhirnya Kejadian juga berusaha menjelaskan bagaimana Israel (sebagai bangsa) sampai terorganisasi – yang secara lengkap juga menjelaskan mengenai jalinan relasi kedua belas suku Israel dan menerangkan mengapa beberapa suku lebih menonjol, sedangkan yang lain kurang dikenal.















ANALISA KONTEKS KULTURAL HISTORIS KHUSUS

Sejarah Zaman Purba (Kejadian 1-11)[9]
Riwayat sejarah zaman purba dalam kejadian di dapati mempunyai beberapa kesamaan dengan sastra Timur Dekat Kuno. Teristemewa Mesopotamia dalam kitab Epik Atra-Hasis berisi kisah mengenai penciptaan, pertumbuhan jumlah penduduk, dan kerusakan oleh air bah yang mempunyai kesamaan dengan beberapa detail dari Kejadian 2-9. Kisah air bah juga terdapat dalam kitab Epik Atra-Hasis, dengan beberapa perubahan. Beberapa cendikiawan memandang kitab ini sebagai kitab yang berisi berbagai versi yang disesuaikan dengan mitologi masyarakat babilonia. Karena Mesopotamia membanggakan diri sebagai tempat lahir kebudayaan Timur Dekat Kuno, dan arena sastra Babilonia lebih tua dari pada tanggal-tanggal yang umumnya diterima untuk kitab kejadian, maka telah diperkirakan bahwa adanya kesamaan-kesamaan tersebut menunjukkan kebergantungan Alkitab pada materi Babilonia hal ini sudah dikuatkan dalam pikiran para penafsir ini. Menurut teori ini, umat Israel meminjam konsep-konsep mitologi dari materi Babilonia, tetapi sudah beberapa abad lebih menyesuaikan diri dengan pandangan monoteistik mereka yang khas.

Narasi Para Leluhur (Kejadian 12-50)[10]
Pada umumnya, narasi para leluhur dapat dilihat dari pariode-periode arkelogi yang ditandakan sebagai Zaman Perunggu Tengah I (sekirtar tahun 2000-1900 SM), dan Zaman Perunggu Tengah IIA (sekitar tahun 1850-1750).Selama masa ini Mesopotamia mengalami masa peralihan dari periode kebangunan kembali masyarakat Sumer (penduduk asli Timur Tengah) yang sangat berhasil dari periode Ur III ke dedominasi orang-orang Amori dari periode Babilon Lama.Tampak jelas dari data arkeologi bahwa selama periode-periode itu ada kecendrungan umum dalam struktur sosial Palestina dari sifat setengah menetap kepada yang bersifat urban (menjadi penduduk tetap) dengan kota-kota berkubu.




OUTLINE KITAB KEJADIAN[11]

I.                   Penciptaan (1:1-2: 3)
II.                Sebelum para bapa leluhur: perlunya umat perjanjian
a.       Toledoth langit dan bumi (2: 4-4: 26)
b.      Toledoth Adam (5: 1-6: 8)
c.       Toledoth Nuh (6: 9-9: 29)
d.      Toledoth Sem, Ham, dan Yafet (10: 1-11: 29)
e.       Toledoth Sem (11: 10-26)
III.             Para bapa leluhur di Palestina: Penetapan umat perjanjian
a.       Toledoth Terah (11: 27-25: 11)
b.      Toledoth Ismael (25: 12-18)
c.       Toledoth Ishak (25: 19-35: 29)
d.      Toledoth Esau (36: 1-8)
e.       ToledothEsau (36: 9-37: 1)
IV.             Bapa leluhur Mesir: inkubasi untuk umat perjanjian
a.       Toledoth Yakub (37:2-50:26)













SYNTAK - GRAMATIKA


Kata~xn[12](naham)mendapat kata penghubungpartikelw>(we) artinya “dan”mempunyai fungsi sebagai penghubung antara dua kalimat yang berbeda, juga menandakan suatu peningkatan dari suatu kalimat. Dalam terjemahan LXX (Septuaginta) menggunakan terjemahan kai. “ (kai)  memiliki arti yang sama, dalam KJV menggunakan terjemahan “and”. Namun dalam NIV dan penulis memakai memakai kata “maka” namun hal ini tidak mengurangi arti yang sebenarnya.[13]
Katahf[[14](asah)mendapat homonim kata penghubung partikelyK(ki) artinya “karena”. Merupakan satu penegasan sebab akibat mengapa sesuatu hal bisa terjadi yang juga memperkenalkan suatu pernyataan yang tidak langsung. LXX menggunakan kata  o[ti“ (oti) yang memiliki arti yang sama dengan MT (Teks Masoret, yaitu teks Alkitab dalam bahasa Ibrani).Dalam terjemahan KJV dan NIV menggunakan kata “that” yang diartikan “bahwa”, LAI sendiri setuju dengan terjemahan dari KJV dan NIV.[15]
Kata  dasar~d"Þa' (adam)  mendapat awalan tae (et) dan awalan h; (ha).awalan tae (et) dalam bahasa Ibrani mempunyai fungsi untuk menunjukkan suatu objek dan  tidak memiliki arti tertentu. Sedangkan awalan  h; (ha) dalam bahasa Ibrani merupakan kata penunjuk “itu” yang berarti  suatu penegasan arah. Kata h; (ha) juga merupakan pencatat pelengkap penderita partikel homonim 1 artikel partikel dari kata dasar~d"Þa' (adam).[16]
Kata B. (be) merupakan kata depan yang sama dengan partikel h ;(ha) dari kata#r,a, (erest) kata B. (be)memiliki arti”di dalam” yang menyatakan suatu tempat atau keterangan dimana sesuatu sedang atau sudah berlangsung. LXX (septuaginta) menggunakan kata “ evpi. “dalam terjemahannya memiliki arti “pada”. Sedangkan KJV dan NIV memakai kata “on” artinya “pada”.[17]
Kata la, (el)merupakankata depan partikeldari kata dasarble (leb)memiliki arti “kepada” yang menyatakan dengan jelas tujuan yang dituju.


BAB III
TAFSIR KITAB KEJADIAN 6 : 6


 #r<a'_B' ~d"Þa'h'¥-ta, hf'î['-yKi( hw"ëhy> ~x,N"åYIw:6
`AB*li-la, bCeÞ[;t.YIw:

MT (MasoretTeks) Kata hw"ëhy> ~x,N"åYIw:(we-yinahem Yehowah)(consec,-Ni.impf. 3 m.s. akar kata~xn –pr.n.) artinya “penyesalan”. Dalam KJV menggunakan terjemahan “and Yahweh was sorry” memiliki arti “dan Yahwe sesalkan”. Dalam NIV menggunakan terjemahan “The LORD was grieved” artinya “ Tuhan disakitkan hati-Nya.[18] Dalam Kejadian 6: 5, terdapat  katat[;îr" (ra’akh) artinya “jahat atau kejahatan”. Apa yang dilakukan menusia dimuka bumi hanyalah kejahatan semata hal inilah yang menyebabkan penyesalan Allah dalam Kejadian 6:6, yang dengan jelas menyatakan penyesalan Allah  akan perbuatan manusia. Kata “menyesal” dalam bahasa Ibrani menggunakan kata ~xn (nahum), dan  kata“memilukan” menggunakan kata hf[ (asab), kemerosotan moral sudah menyebar luas. Kemerosotan itu bersifat batiniah, berkesinambungan dan sudah menjadi kebiasan, manusia rusak sepenuhnya, buruk hati dan perilakunya, serta tidak ada yang baik di dalam dirinya. Segala kecendrungan hatinya dan pikirannya sama sekali diluar kehendak Yahwe. Manusia bertakhta, Allah dilupakan dan ditentang secara terang-terangan. “naham” dealam bentuk Niphal melukiskan kasih Allah yang telah menderita kekecewaan yang menggenaskan. Secara harafiah yang dimaksudkan adalah menarik nafas panjang dalam penderitaan yang amat mendalam.Semua maksud dan rencana Allah telah gagal untuk menghasilkan buah yang berharga sebagaimana yang dikehendaki-Nya, sebab dicela oleh manusia berdosa. “asab” dalam bentuk Hithpael berarti tertusuk atau mengelami penusukan. Dengan demikian pernyataan ini menyatakan bahwa Allah mengalami kepedihan yang menusuk hatinya menyaksikan kemerosotan moral tragis yang dihasilkan dosa.Pekerjaan tangan-Nya telah dicemarkan dan dihancurkan.[19] Seperti halnya para pendosa berkembang biak demikian jugalah dosa. Menurut penganalisaan Allah kerusakan manusia adalah menyeluruh.Secara paradoksal manusialah yang menjadi tuhan hal ini menuntut suatu perubahan pemerintahan Allah, yaitu suatu pengadilan yang radikal[20].
Dalam kejadian 5: 5 “kejahatan manusia besar”, terjemahan NIV “betapa besar kejahatan manusia”. Dizaman Nuh sifat dosa manusia dengan terang-terangan ditunjukkan dalam dua hal utama, yaitu: nafsu seksual (ay.2) dan kekerasan (ay.11). kebejatan manusia tidak berubah. Nafsu dan kekerasan merupakan sarana ungkapan kejahatan yang tidak terkendali.Hal inilah yang membuat Tuhan menyesal.Allah yang dinyatakan pada pasal-pasal awal kitab ini sebagai Allah yang menangani orang-orang secara pribadi dan sanggup menyatakan perasaan, kekecewaan, dan reaksi terhadap dosa yang disengaja dan pemberontakan manusia.
1.      Kata “menyesal” menunjukkan bahwa akibat dosa manusia yang menyedihkan itu, sikap Allah terhadap manusia berubah: sikap kemurahan dan sabar berubah menjadi hukuman.
2.      Sekalipun keberadaan, sifat, dan maksud-maksud utama Allah tidak berubah (1 Sam 15: 29; Yak 1: 17), Ia tetap terbuka dan tanggap dengan urusan-Nya dengan manusia. Parasaan, sikap, tindakan, dan pikiran Allah dapat berubah sesuai dengan tanggapan yang berubah terhadap kehendak-Nya.
3.      Pernyataan mengenai Allah ini sebagai Allah yang dapat merasakan penyesalan dan kesedihan menunjukkan bahwa Allah berada dalam hubungan pribadi dan intim dengan ciptaan-Nya.[21]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “menyesal” adalah “merasa tidak enak karena telah berbuat sesuatu yang kurang baik”. Sedangkan kata “menyesali” memiliki dua arti yaitu : 1. Merasa tidak enak atau kecewa akan sesuatu, 2. mempersalahkan[22]. Dalam Alkitab kata “menyesal” ditulis sebanyak 27 kali (Kej 6: 6; 13: 17; 32: 14; 2 Sam 24: 16; Bil 23: 19; 1 Sam 15:11,29,35; 2 Raj 22:19; Ayb 42: 6; Mzm 106: 45; 110: 4; Yer 8:6; 18: 8; 26:3,13; 42: 10; Yl 2: 13,14; Amos 7: 3,6; Yun 3:9; Zak 8:14; Mat 21:30, 32; 27:3; Luk 17:3).[23]



Perbandingan Bilangan 23: 19

~x'_n<t.yIw> ~d"Þa'-!b,W bZEëk;ywI) ‘lae vyaiî al{å19
`hN"m<)yqiy> al{ïw> rB<ßdIw> hf,ê[]y: al{åw> ‘rm;a' aWhÜh;


19. Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?
                                                                                     
Kata ~x'_n<t.yIw>(we-yitneham). KJV dan NIV “that He should repent” artinya “bahwa Ia harus sesali”. Dalam ayat ini Bileam (nabi yang diutus Tuhan untuk memberkati Israel namun yang juga di panggil Balak untuk mengutuk orang Israel) menenkankan bahwa Allah bukanlah Allah yang menyesal.Ia tidak akan menyesal karena Ia bukan manusia. Agaknya ayat ini kontras dengan kejadian 6:6, dimana dengan jelas dikatakan bahwa “Allah menyesal”.Namun jika diperhatikan dengan seksama. Kata “menyesal” pada kejadian 6:6, penyesalan Allah bersifat imperfek (bukan perfek) artinya tidak permanent, dan tanpa unsur kejahatan atau dosa. Sedangkan dalam Bilangan 23:19, terdapat kata “dusta”, kata “berdusta” dan “menyesal” adalah dua kata yang pararel (merupakan suatu kesatuan) jika manusia menyesal maka berarti ia telah berdusta sebelumnya. Allah bukanlah tidak dapat diandalkan, mudah goyah, dan berubah pikiran, tetapi oleh tabiat-Nya, Ia itu setia kepada janji dan komitmen-Nya. Namun sifat Allah ini tidak menutup kemungkinan bahwa Ia mengubah pikiran atau rencana-Nya sesuai dengan situasi tertentu. Terkadang Allah mengubah rencana-Nya mengenai hukuman sebagai tanggapan atas doa umat-Nya (Kel 32: 11,14) atau sebagai tanggapan pertobatan orang fasik (Yun 3: 1-10; 4:2).[24] Dalam kejadian 6:6 Allah menyesal bukanlah menyesal untuk selamanya melainkan ini adalah ungkapan secara anthropomorphisme untuk menyatakan bahwa kepiluan hati Allah sangat dalam karena kebobrokan manusia (1 Sam 15: 29)[25]




BAB IV

TEMUAN TEOLOGIS DAN APLIKASI[26]

Kitab Kejadian adalah kitab segala permulaan dan berisi dasar-dasar bagi sebagian besar teologi Perjanjian Lama. Pemahaman mengenai isi dan amanat kitab ini sangat diperlukan unutk menelaah kitab-kitab yang lain di Alkitab. Kitab Kejadian bukan kitab ilmu pengetahuan, kendatipun para ilmuan adalah benar dalam hal menyelidiki tuntutan-tuntutannya.Kitab ini juga bukan kitab biografi, bukan kitab sejarah walaupun banyak menempuh jalan sejarah.Kitab ini adalah kitab teologi, walaupun teologinya tidak diuraikan secara sistematis.
Kitab Kejadian tidak menyebut identitas penulisnya, dan kitab-kitab lain di Alkitabpun tidak secara jelas meneybutkan nama dari penulis kitab ini. Secara tradisional dipercayai bahwa Musalah yang  menulis kitab ini,  dan itupun bukan tanpa alasan yang baik.,  dan kebanyakan sastra Alkitab memperlakukan Torah sebagai satu kesatuan. Oleh karena itu dapat di pahami bahwa Musa dianggap sebagai penulis semua kitab Taurat.Bagaimanapun juga, terlepas dari logika dan tradisi adalah sulit untuk menghasilkan banyak bukti yang menghubungkan Musa dengan penulisan kitab ini. Siapapun yang menyusun kita Kejadian entah Musa ataukah orang lain kitab tersebut jelas mempunyai satu segi komposisi yang menonjol: kitab ini disusun sekitar sebelas bagian yang masing-masing ditentukan oleh satu formula toledoth. Yang pertama dari formula-formula ini muncul dalam Kejadian 2: 4 “ demikianlah riwayat (toledoth) langit dan bumi pada waktu diciptakan”. Sepuluh formula-formula yang lain berhubungan dengan (Adam, Nuh, Sem, dll). Hal ini menunjukkan bahwa entahkah sang penyusun memakai formula-formula ini untuk menandakan dokumen-dokumen yang merupakan sumbernya, atau untuk menata materinya. Karena tidak ada alasan untuk meragukan bahwa sebagian materi dari kitab Kejadian berada dalam bentuk tulisan bahkan sebelum Musa ada, maka kita dapat memandang seseorang seperti Musa sebagai seorang penyunting dari pada seorang penulis.



BAB V

KESIMPULAN

Kemerosotan manusia yang bersifat batiniah, berkesinambungan dan sudah menjadi kebiasan, manusia rusak sepenuhnya, buruk hati dan perilakunya, serta tidak ada yang baik di dalam dirinya. Segala kecendrungan hatinya dan pikirannya sama sekali diluar kehendak Yahwe. Manusia bertakhta, Allah dilupakan dan ditentang secara terang-terangan.Allah dapat merasakan penyesalan dan kesedihan akibat dosa manusia yang menyedihkan itu, sikap Allah terhadap manusia berubah: sikap kemurahan dan sabar berubah menjadi hukuman.Allah dapat mengalami kepedihan yang menusuk hatinya menyaksikan kemerosotan moral tragis yang dihasilkan dosa.Pekerjaan tangan-Nya telah dicemarkan dan dihancurkan.[27]Menunjukkan bahwa Allah berada dalam hubungan pribadi dan intim dengan ciptaan-Nya.[28]Allah menyesal bukanlah menyesal untuk selamanya namun hanya untuk menyatakan bahwa kepiluan hati Allah sangat dalam karena kebobrokan manusia (1 Sam 15: 29)[29]. Allah adalah Allah yang memiliki perasaan, kehendak, dan pikiran (jiwa) namun pikiran, perasaan, dan kehendak Allah tidaklah sama dengan manusia yang fana.












LAMPIRAN
STRUKTUR KEJADIAN 6: 6


Ayat
Kata sandang/kata sambung/partikel
Subjek
Predikat/kata kerja
Objek
Keterangan
6
Maka







menyesal



-lah






Tuhan




Bahwa






Ia






Telah menjadikan






Manusia






Di bumi

Dan hal itu







Memilukan






Hati-Nya





[1]The Wycliffe Bible Commentary (Malang: Gandum Mas)22
[2]Ibid, 25
[3]Tekstual adalah suatu bentuk kritik teks yang diambil berdasarkan sumber-sumber atau bahan-bahan yang ada.Penulis mengacu kepada teks Ibrani yang adalah Teks Masoret yang diambil dari A.Alt. P. Khale Ediderat, R. Kittel, Bible Hebraica Stuttgartensia (Jerman: Deutshe Bibelgellschaft Stuttgart, 1990)958. Karena teks masoret ini mewakili sebuah tradisi kritik teks Yahudi yang berlangsung lama.BHS memakai kodeks Leningard, yaitu kodeks abad pertengahan pada tahun 1008 dari tradisi Tiberias.Selain itu penulis juga menggunakan perbandingan dengan empat kitab dalam terjemahan yang lainnya untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam teks yang mendekati dengan bahasa aslinya.
[4]Penulis mengunakan terjemahan Septuaginta, KJV, NIV, dan terjemahan LAI sebagai bahan perbandingan.
[5]The Wycliffe Bible Commentary (Malang: Gandum Mas)21
[6]Ibid. 21

[7]Herbert, Pengenalan Pentateukh, (Malang: Gandum Mas, 1996)158
[8]Andrew E. Hill. John H. Walton, Survei Perjanjian Lama (Malang : Gandum Mas)147-148
[9]Andrew E. Hill. John H. Walton, Survei Perjanjian Lama (Malang : Gandum Mas)143-145
[10]Ibid, 146
[11]Ibid, 146-147
[12]John Joseph Owens, Analitical Key to The Old Testament Vol 1. Genesis-Joshua(Michigan: baker book house company, 1995)245
[13]Ronald J. Williams, Hebrew Syntak an Outline. 45
[14]John Joseph Owens, Analitical Key to The Old Testament Vol 1. Genesis-Joshua(Michigan: baker book house company, 1995)245
[15]Ronald J. Williams, Hebrew Syntak an Outline.45
[16]Ibid, 45
[17]Ibid, 46
[18]John Joseph Owens, Analitical Key to The Old Testament Vol 1. Genesis-Joshua(Michigan: baker book house company, 1995)23
[19]The Wycliffe Bible Commentary (Malang: Gandum Mas)
[20]Tafsiran Alkitab Masa Kini jilid 1 (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF)91
[21]Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang : Gandum Mas)16
[22]Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jarkata: Balai Pustaka)1410
[23]Pdt. Maarkus Agung, Konkordansi Alkitab (Jakarta)709-710.
[24]Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang : Gandum Mas)255
[25]Yun-Sun. Park, Tafsiran Kitab Kejadian (Batu: Global Partners)51
[26]Andrew E. Hill. John H. Walton, Survei Perjanjian Lama (Malang : Gandum Mas)141-143

[27]The Wycliffe Bible Commentary (Malang: Gandum Mas)
[28]Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang : Gandum Mas)16
[29]Yun-Sun. Park, Tafsiran Kitab Kejadian (Batu: Global Partners)51

No comments:

Post a Comment